Monthly Archives: April 2013

30
Apr
Touching Hearts Changing Lives

Thank you Felicia sudah membagikan kisah pengalaman Felicia ke saya.
It was my pleasure to have you intern with us in MRO Singapore :)

————————————————————————————————————————————————————–

Ms Merry and Mr Alva are truly “Touching Hearts, Changing Lives”

Tahun 2012 merupakan awal pertemuan saya dengan Ms Merry Riana.

Saya adalah seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang sedang melanjutkan pendidikan kuliah di Amerika Serikat. Seringkali, saya merasa kesepian dan putus asa karena lingkungan yang memang jauh berbeda dengan kultur Asia. Apalagi, saya bukanlah dari keluarga kaya raya yang mampu menghamburkan uang untuk mencari hiburan sesaat. Seringkali, saya merasa hampa dan saya ingin ada seseorang yang mampu menyemangati dan menginspirasi saya lagi untuk menggapai impian saya yaitu untuk bersekolah di universitas terbaik di dunia.

Meskipun saya telah menyampaikan unek-unek saya kepada orang tua saya, mereka tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Hingga suatu hari, ketika ayah saya sedang berjalan-jalan di sebuah toko buku, ada seorang remaja yang membeli buku ‘Mimpi Sejuta Dolar’ karya Alberthiene Endah. Ayah saya pun tertarik dan memutuskan untuk membeli buku itu tanpa mengetahui pasti apa isi buku tersebut.

Sesampainya di rumah, ketika ayah dan ibu saya membaca buku tersebut. Mereka “literally were blown away by the book.” Mereka sangat terinspirasi dengan kisah Ms Merry Riana dan mereka memutuskan untuk mengirimkan buku tersebut ke Amerika agar saya dapat membacanya.

Sungguh, saya benar-benar terinspirasi dengan buku Ms Merry Riana.

Karena saya akan segera pulang ke Indonesia untuk menikmati liburan, saya memutuskan untuk menemui Ms. Merry Riana bagaimanapun caranya. Saya secara langsung mencari tahu lebih banyak tentang Merry Riana Organization dan saya mengirim banyak email maupun pesan baik ke Facebook, contact person, twitter dan lain-lain. Hingga pada akhirnya, saya menemukan email Ms Merry dan puji Tuhan, saya mendapatkan jawaban dari Mr. Alva bahwa saya boleh magang di MRO selama saya berada di Singapura namun  secara voluntary.

Tentu saja saya tidak perlu berpikir panjang lagi dan membalas email Mr Alva bahwa saya bersedia untuk magang secara voluntary di MRO.

Hingga tiba saatnya saya berangkat ke Singapura untuk bertemu dengan Ms Merry Riana dan Mr Alva, saya tiba-tiba merasa ragu apa benar keputusan saya ini untuk magang di Singapura yang menghabiskan biaya tidak sedikit untuk biaya hidup sementara saya masih harus membayar uang sekolah saya di Amerika. Namun, saya yakin bahwa inilah saatnya saya melakukan hal yang lebih besar lagi agar saya bisa terus maju dan mencapai semua impian saya selagi saya masih muda.

Pertama kali saya tiba di Merry Riana Organization (MRO), saya disambut dengan ramah dengan salah satu staf MRO yang bernama Budi. Ternyata, selama satu minggu saya magang di MRO ini, saya juga  akan ditemani dengan seorang teman magang bernama Vergie yang memiliki semangat dan cita-cita yang hampir sama dengan saya. Jadi, saya merasa sangat nyaman untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan mereka yang memiliki pikiran sejalan dengan saya.

Pada pukul 12 pada hari itu juga, saya untuk pertama kalinya bertemu dengan Ms Merry dan Mr Alva. Jujur saja, saya merasa deg-degan dan penasaran untuk bertemu dengan mereka secara langsung. Tiba-tiba, ketika saya sedang mengerjakan tugas, seseorang memanggil saya dengan halus, “ Hi, Felicia.” Ketika saya menoleh, akhirnya, saya bertemu dengan Ms. Merry Riana untuk pertama kalinya. Saya merasa sangat excited hingga terbata-bata ketika berkenalan dengan beliau. Ms Merry sangatlah cantik, jauh lebih cantik dari yang pernah saya lihat di TV ataupun majalah. Ms Merry selalu mengenakan trademarknya yaitu baju merah dan yang paling saya kagumi adalah beliau tidak pernah berhenti tersenyum ke manapun beliau pergi. Saya pun “literally blown away by her presence.”

 

Picture with Mr Alva, Ms Merry, and Vergie

 

Saya merasa bersyukur dalam waktu satu minggu ini, saya bisa bertemu dan bercakap-cakap dengan Ms. Merry dan Mr Alva untuk beberapa kali. Bahkan, kita sempat lunch bareng dan mengenal lebih jauh lagi. Meskipun mereka berdua sangatlah sibuk, tetapi beliau masih saja menyempatkan waktunya untuk mengenal kita lebih jauh. Yang lebih mengagetkan, Ms Merry mau mengorbankan waktu meetingnya untuk bercakap-cakap dengan kita para intern.

Ketika bercakap-cakap dengan mereka, saya merasa Ms Merry dan Mr Alva adalah pasangan yang sangat serasi dan saling melengkapi. Saya sangat kagum akan kepandaian Mr Alva yang memang sesuai dengan apa yang tertuang dalam buku ‘Mimpi Sejuta Dolar.’ Saya pun mendapat banyak ide dan opini akan masa depan saya yang membuat saya kembali semangat untuk mengejar impian saya lagi. Sepulangnya dari kantor, saya selalu mendapat ide-ide baru untuk meraih gol-gol saya dalam hidup. Saya merasa bahwa Mimpi Sejuta Dolar saya sekarang adalah sesuatu yang POSSIBLE untuk dicapai.

Dengan pengalaman ini saja, saya sudah sangat berterimakasih akan kesediaan Ms Merry dan Mr Alva untuk bertemu dan bertukar pikiran dengan saya. Namun, yang namanya Ms. Merry Riana bukanlah seorang Merry Riana jika beliau tidak memberikan SURPRISE GIFT untuk saya dan Vergie, teman magang saya. Kita berdua diberi tiket secara GRATIS untuk masuk ke Wealth Expo 2012 yang pembicaranya merupakan pembicara top di Singapura maupun di dunia. Salah satunya adalah Mr. Chris Gardner yang menciptakan buku “the Pursuit of Happyness” dan film berjudul sama yang memenangkan penghargaan Golden Globe.

Di sana, kita bertiga, Vergie, saya dan Michelle (salah seorang intern Ms Merry) merasa sangat excited akan Wealth Expo ini meski beberapa dari isi seminar kurang dapat dimengerti oleh kita yang masih pelajar ini. Kita tetap mendengarkan, mencatat dan berusaha memahami semua isi seminar ini karena kita yakin ini adalah sebuah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Jujur saja, kita mendapat banyak cara berinvestasi agar saya dapat mencapai Mimpi Sejuta Dolar saya dalam waktu dekat.

Hingga pada saat Mr. Chris Gardner memulai seminarnya, saya berpikir untuk meminta foto dengannya seperti cara Ms Merry Riana bertemu dengan Anthony Robbins. Saya berpikir inilah saatnya bagi saya untuk membuktikan bahwa dalam Tuhan, tidak ada sesuatu yang mustahil. Dalam pikiran gila saya, saya berpikir untuk meminta kontak dan email Mr. Chris Gardner agar saya bisa menemuinya ketika saya kembali di Amerika Serikat. Namun setelah berlari-lari ke depan, Mr. Chris Gardner menyuruh saya masuk ke ruang lounge di mana saya ditolak karena saya tidak memiliki tiket platinum.

Namun, Ms Merry dan Mr Alva kembali membantu saya meraih impian saya. Mereka memberikan saya tiket platinum mereka agar saya bisa berfoto dengan Mr. Gardner! Saya pun sangat terkejut dan berkali-kali mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka. Kita bertiga pun akhirnya berhasil masuk dan antre untuk menemui Mr. Chris Gardner.

Saya pun sangat excited dan telah mengatur kalimat ketika saya bertemu dengan beliau. Hingga tiba saatnya untuk berfoto bersama, saya tiba-tiba teringat untuk bertanya kepada Mr. Gardner apakah saya bisa diMENTOR secara pribadi dengan beliau?

Saya pikir jawabannya pasti tidak karena memang sangatlah sulit untuk bertemu dengan orang Top di Amerika Serikat. Saya pun telah ditarik oleh bodyguardnya untuk segera keluar karena antrean masih panjang.

Namun, seperti kata Ms Merry Riana  dalam Mimpi Sejuta Dolar “Aku harus berani. Ya, aku harus berani,” saya berusaha berteriak please kepada Mr. Chris Gardner. Pada akhirnya, beliau pun menolehkan kepalanya dan bertanya kepada saya “Apakah anda bersekolah di UC Berkeley?” UC Berkeley adalah salah satu universitas top dunia di dekat tempat tinggal saya. Meskipun saya belum bersekolah di sana, saya pun berkata “YA, saya bersekolah di sana!”

Mungkin beberapa dari anda mengira saya adalah seorang pembohong. Namun, UC Berkeley memang universitas pilihan saya dan sebelum bertemu dengan Ms Merry dan Mr. Alva, saya ragu-ragu untuk memasuki universitas tersebut karena biayanya yang mahal. Saya takut masalah finasial yang akan membuat saya putus sekolah. Jadi, saya sekarang menjawab YA karena saya mau memastikan kepada diri saya bahwa saya BISA dan MAMPU untuk masuk ke universitas tersebut apapun tantangannya. Saya merasa ini perjanjian saya dengan Tuhan untuk selalu berserah akan Tuhan.

Setelah itu, saya tidak menduga Mr. Gardner mengulurkan tangannya sambil menyerahkan kartu namanya kepada saya, yang bukanlah siapa-siapa. Dia juga berkata “CONTACT ME.”Saya pun merasa terkejut dan terharu akan apa yang terjadi kepada diri saya.

Sejak saat itulah, saya berjanji kepada diri saya untuk menyerahkan semuanya kepada Tuhan dan fokus akan apa yang saya mau seperti apa yang telah disarankan oleh Ms Merry dan Mr. Alva. Saya merasa tanpa mereka, saya tidak akan mampu untuk mendapatkan semua pengalaman  ini dalam usia saya yang ke dua puluh tahun. Saya merasa tanpa mereka, saya tidak mampu untuk kembali bersemangat dan bergairah akan mimpi yang saya impikan sejak dulu. Saya merasa tanpa mereka, saya tidak mampu mencapai titik balik kehidupan saya.

Jadi, saya hanya mau mengucapkan TERIMA KASIH YANG SEBESAR-BESARNYA kepada terutama kepada Tuhan, Ms. Merry Riana, Mr. Alva Tjenderasa, Budiman Susilo, Vergie, Michelle dan MRO yang telah memberikan kesempatan terindah ini dalam hidup saya.  :)

“Touching Hearts Changing Lives!”  ~Merry Riana

Me and Chris Gardner

————————————————————————————————————————————————————

Thank you for your wonderful sharing, Felicia!

Saya percaya, hidup ini penuh dengan ujian.
Dalam kegagalan, kekuatan mental kita diuji.
Dalam kesuksesan, kerendahan hati kita diuji.

Ingatlah, bukan berapa banyak yang kita peroleh, tapi berapa banyak yang kita berikan
Bukan berapa banyak yang kita pelajari, tapi berapa banyak yang telah kita ajarkan

Saya bersyukur karena Tuhan sudah memberikan begitu banyak kekuatan, rahmat dan berkat yang melimpah di hidup saya. Semoga saya pun bisa membawa berkat bagi orang banyak.

As much as I’ve been blessed, I also want to be a blessing for others. :)

 

6
Apr
When Merry Riana met Chris Gardner (The Pursuit of Happyness)

Kalau segala yang baik terjadi dalam hidup saya, saya rasa itu karena keyakinan yang selalu saya pegang dan kecepatan telinga Tuhan mendengar tiap doa yang saya panjatkan. Banyak cerita yang mengagumkan yang harus saya bagikan karena saya merasa hidup saya terlalu luar biasa untuk disimpan sendiri.

Begitu banyak tokoh yang menginspirasi saya. Satu diantaranya adalah Chris Gardner. Seorang tokoh  yang kisah hidupnya diangkat jadi sebuah buku sekaligus film. Pursuit of Happyness. Film yang entah sudah keberapa kali saya menontonnya. Mungkin sepuluh kali atau lebih. Tapi saya tidak bisa bosan karena kisahnya begitu menginspirasi saya.

 

 

Di film The Pursuit of Happyness, Chris Gardner diperankan oleh Will Smith. Kisah yang mengatakan kebahagiaan bisa diraih lewat kerja keras dan usaha. Kisah yang selalu berhasil membangkitkan naluri pemimpi saya untuk terus bergerak maju ke depan.

Awal bulan Agustus 2012, saya mendengar bahwa Chris Gardner akan datang ke Singapura untuk acara Wealth Expo 2012. Senang sekali tentunya :) Apalagi setelah tau bahwa organizer acaranya adalah AKLTG (Adam Khoo Learning Technology), yang juga merupakan teman dan salah satu bisnis partner saya di Singapura. Saya langsung menghubungi Adam Khoo, dan dia mengundang saya dan Alva untuk hadir. Kami pun diberikan dua tiket eksklusif. I was so happy and can’t wait for the event.

Tapi rasa senang saya lalu diruntuhkan ketika saya tahu bahwa acara seminar itu diadakan tanggal 1 dan 2 September. Sedangkan September 2012 adalah bulan yang sangat penuh jadwal untuk saya. Tanggal 1 saya harus terbang utk seminar di Jakarta, dan berlanjut tanggal 3 seminar di Jogja.

Sedangkan saya tidak tahu Chris Gardner akan hadir di tanggal berapa? Kalau di tanggal 1, berarti hilang kesempatan saya untuk bertemu dirinya. Kalau dia berbicara di tanggal 2, kemungkinan masih ada, karena setidaknya saya masih bisa balik lagi ke Singapura setelah acara seminar saya tgl 1.

“Tanggal dua,” lonjakan kebahagiaan mengisi hati saya begitu mendengar konfirmasi tersebut. Berarti cara satu-satunya supaya saya bisa bertemu dengan Chris adalah saya harus pulang hari di tanggal 1. Jadi Singapore-Jakarta-Singapore dalam sehari. Oke, tidak masalah, asal bisa bertemu Chris Gardner.

1 September 2012.

Saya melangkah dengan semangat di CIP JetQuay Terminal, terminal khusus Changi Airport—yang hanya bisa dilalui oleh orang-orang penting seperti bintang besar atau tamu kenegaraan—untuk menuju ke Jakarta. Di tengah derap langkah saya menuju tempat lounge, dari kejauhan saya melihat sosok berkulit gelap dan bertubuh besar. Dalam hati terbesit pertanyaan mungkin tidak ya itu adalah Chris Gardner?

Luar biasa senangnya ketika pertanyaan iseng itu terjawab. Sosok itu memang adalah Chris Gardner. Saya langsung menghampirinya dan mengajaknya berkenalan. Saya tidak pernah menyangka kalau Chris Gardner ternyata adalah pribadi yang begitu hangat dan ramah. Perbincangan antara saya dan dia mengalir begitu saja. Saya ungkapkan kekaguman saya padanya, dia bertanya dan mendengarkan dengan seksama kisah hidup saya. Lima belas menit yang tak terlupakan.

Saya ceritakan saya harus ke Jakarta tapi malam harinya akan langsung balik ke Singapura demi untuk bisa bertemu dengannya di seminar esok hari. Ia mungkin merasa tersanjung dengan kesungguhan saya. Ia katakan bahwa saya bisa menemuinya kembali di belakang panggung begitu selesai acara. Tentu saja saya menyambut baik undangannya.

“Mudah-mudahan besok anda masih inget dengan saya yah. Nama saya Merry Riana, dan supaya gampang dan ngga lupa, anda bisa mengingat saya sebagai ‘Lady in Red’ karena warna merah adalah warna favorit saya” itulah kalimat penutup perjumpaan saya dengan Chris Gardner (kebetulan hari itu dari busana, tas, bahkan sepatu yg saya pakai juga semua berwarna merah). Saya terbang ke Jakarta dengan membawa satu harapan, semoga besok Chris Gardner masih ingat dengan saya.

Seminar di Jakarta berlalu begitu cepat. Begitu sudah sampai lagi di Singapura saya mempersiapkan buku “Mimpi Sejuta Dolar” saya untuk diberikan padanya. Ini saya berikan untuk sedikit membalas kebaikan hatinya dan kehangatan karakternya dalam berkenalan dengan saya.

2 September 2012.

Wealth Expo 2012 hari ke-2. Chris Gardner dijadwalkan sebagai pembicara di segment terakhir, sekaligus untuk menutup acara Wealth Expo tersebut.

Kalau kemarin saya dikejutkan dengan kehadiran Chris Gardner di JetQuay terminal, sekarang gantian saya yang mengejutkan beliau. Pukul 4 sore, Chris Gardner tiba di backstage Expo Hall. Tim organizer dari AKLTG pun menyambutnya dengan hangat. Tapi siapa sangka kalau ternyata saya pun ikut ada di sana. (Ternyata di hari itu Adam Khoo juga mengajak saya untuk menunggu di backstage, menyambut kedatangan Chris Gardner) :) hehehe …

“Hey, it’s you, Merry?” seru Chris. Chris Gardner ingat!! Chris Gardner ingat pada seorang Merry Riana!

“Wah, ternyata anda masih ingat saya,” ujar saya penuh dengan rasa antusias.

“Of course! I still remember you, Lady in Red.”

Rasa syukur mengaliri hati saya karena kebaikan Tuhan berlipat-lipat ganda. Saya memberikan buku  yang sudah saya siapkan untuk Chris. Dia merasa sangat senang. Lalu satu pertanyaan terakhir darinya membangkitkan naluri pemimpi saya ke level yang lebih tinggi. “Kira-kira di film yang diangkat dari kisahmu ini, aktris Hollywood mana yang terlintas di pikiranmu yang akan cocok memerankan dirimu?” tanyanya.

Saya tertegun dan cuma tertawa. Kisah hidup saya memang rencananya akan diangkat menjadi sebuah film. Tapi bukan di Hollywood, di Indonesia.

“Film saya akan difilmkan di Indonesia, bukan di Hollywood,” jawab saya sambil tertawa kecil.

“Iya, saya tahu, tadi kamu kan juga sudah bilang. Tapi kenapa hanya harus di Indonesia? Saya sudah bagikan kisah saya pada orang banyak. Kisah kamu yang begitu inspiratif juga layak dan harus dibagikan. Kalau bisa dibagikan ke seluruh dunia, kenapa harus kamu bagikan cuma di Indonesia?” tanyanya. Dan itu lagi-lagi membuat saya tertegun. Mimpi saya yang saya kira sudah cukup tinggi, ternyata masih ditantang lagi. Benar juga, kenapa cuma di Indonesia kalau saya bisa bagikan ke lebih banyak orang di berbagai belahan dunia.

“It’s your turn, Merry,” satu pesan penutup dari Chris membuat pertemuan saya dengannya yang ajaib tidak akan terlupakan. “Kalau kisah hidup saya telah menginspirasi kamu, lewat film The Pursuit of Happyness, sekarang giliran kamu. Saya yakin, kisah hidupmu yg akan difilmkan itu bisa memberi inspirasi ke orang banyak.”

Yes, it’s my turn…